Blogger Nurlaila,S.Pd,M.Pd

Minggu, 05 Juni 2011

Nurlaila.S.Pd: ITUKAH.....

Nurlaila.S.Pd: ITUKAH.....: "ITUKAH …………… Ketika malam menemaniku Aku terusik dengan berbagai beban Bagaikan menghimpit seluruh jasadku Sampai terasa membakar jiwa ..."

ITUKAH.....

ITUKAH ……………
Ketika malam menemaniku
Aku terusik dengan berbagai beban
Bagaikan menghimpit seluruh jasadku
Sampai terasa membakar jiwa

Lorong-lorong malam telah mengotori jiwa
Melewati jalan penuh liku
Ku coba telusuri satu persatu
Apakah yang menghantuiku

Ranting-ranting yang bergoyang
Dilembah nestapa penuh duka
Kadang aku berfikir
mengapa dia harus ada

Nyanyian sukma terus mengalir
Mengiringi gerak jantungku
dengkuran-dengkuran itu
Membatasi hayalanku

Menanti sang fajar tiba
Masih ditemani sang problema
Masih menanti dan menanti
Tanpa batas, itukah…………..
Sampai kapan, mungkin ketika
Sang penguasa menjemput

sabtu malam, 4 juni 2011

Sabtu, 04 Juni 2011

Upaya Penanaman konsep Bilangan melalui permainan mengukur menggunakan model explicit instruction pada TK Negeri 2 Kota Banda Aceh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada peserta didik untuk dapat memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, terutama dalam penguasaaan terhadap berbagai keterampilan demi mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 28 ayat 3, yang menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan taman pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, yang bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik, yang meliputi: moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik, serta seni untuk mempersiapkan anak didik dalam memasuki Sekolah Dasar (SD).
Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di TK adalah bidang pengembangan kognitif, yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Usia Prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Upaya Pengembangan berbagai potensi dapat dilakukan melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, melainkan juga dengan kesiapan mental, sosial, serta emosional.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika yang diperlukan untuk menumbuh-kembangkan keterampilan berhitung anak yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematisnya. Dengan kata lain, permainan berhitung di TK diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di SD, seperti pengenalan konsep bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk, ukuran, ruang, serta posisi melalui berbagai bentuk alat dan kegiatan bermain yang menyenangkan. Selain itu, permainan berhitung juga diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin pada diri anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Berdasarkan pertimbangan inilah banyak orang tua menghendaki agar anak-anak mereka segera memiliki kemampuan berhitung, disamping membaca dan menulis, namun sering kali keinginan orang tua tersebut kurang sesuai dengan tahap perkembangan anaknya. Oleh karena itu, diperlukan metode dan teknik-teknik keterampilan untuk pengenalan konsep-konsep bilangan atau membilang dengan memadukan bahan yang berasal dari alam yang dapat membantu guru dan anak didik dalam proses belajar-mengajar.
Pada dasarnya, pembelajaran persiapan berhitung di TK dilaksanakan dalam batas-batas dan aturan pengembangan pra-skolastik atau pra-akademik. Persiapan berhitung di TK dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Hal ini merupakan prinsip pembelajaran di TK sebab dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak, kegiatan bermain selalu menyenangkan. Dengan bermain, anak-anak dapat mengekpresikan berbagai perasaan maupun ide-ide yang cemerlang tentang berbagai hal. Anak juga dapat menjelajah ke alam imajinasi yang tidak terbatas sehingga akan merangsang pola perkembangan kreativitas alami.
Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan supervisi kelas kepada guru TK Negeri 2 Kota Banda Aceh, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk kompetensi dasar tersebut masih bersifat konvensional. Anak didik melakukan pengukuran dengan menggunakan satu alat tertentu saja sehingga hasil pembelajaran tersebut belum mencapai hasil yang maksimal. Penulis pun menyadari bahwa melalui permainan pengukuran, anak-anak dilatih untuk mengenal, membilang, dan memahami ukuran yang dapat membantu mereka dalam melatih imajinasi dan pengembangan kognitifnya.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006), pengembangan kognitif ini bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan dan waktu, mengembangkan kemampuan memilah dan mengelompokkan, serta memiliki persiapan pengembangan kemampuan berpikir secara teliti.
Dalam melatih anak didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, penulis menggunakan model pembelajaran Explicit Intruction, dimana merupakan metode dengan melibatkan anak didik secara aktif mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir dalam proses pembelajaran, yang kelak diharapkan akan dapat memberikan peluang untuk mempertajam gagasan dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya. Dengan menggunakan metode ini, penulis dapat penelitian pembelajaran dengan memadukan konsep pembelajaran kooperatif.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembelajaran membilang pada anak didik masih terdapat kelemahan-kelemahan, yang berkaitan dengan keefektifan pembelajaran. Solusi untuk mengatasinya antara lain melalui penerapan model Explicit Intruction. Dengan demikian, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan dasar dalam aspek Penanaman konsep bilangan melalui beberapa kegiatan permainan dan pembelajaran pengukuran diterapkan pada TK. Negeri 2 Kota Banda Aceh, Kelompok B3.
2. Metode dan teknik Pelaksanaan Proses Pembelajaran Penanaman Konsep bilangan pada anak didik belum tepat sasaran yang digunakan guru pada TK Negeri 2 Banda Aceh.
C. Pemecahan Masalah
Masalah peningkatan kemampuan anak didik pada TK .Negeri 2 Kota Banda Aceh dalam Penanamkan konsep bilangan melalui pembelajaran pengukuran dengan penerapan model Explicit Intruction.
Adapun langkah yang akan ditempuh dalam menanamkan konsep bilangan melalui pembelajaran pengukuran dengan penerapan model Explicit intruktion, antara lain:
1. Guru menyampaikan tujuan dan mengelompokkan anak didik menjadi 2 kelompok, dimana tiap kelompok beranggotakan 6 orang. Komposisi kelompok adalah hetorogen, baik jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2. Guru mendemontrasikan pengetahuan dan langkah pelaksanan yang akan dilakukan oleh anak didik.
3. Guru melakukan bimbingan pelatihan terhadap anak didik.
4. Guru menguji pemahaman anak didik dengan memberikan umpan balik (feedback) sesuai dengan kebutuhannya.
5. Guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan latihan lanjutan sampai anak benar-benar menguasai konsep bilangan.
6. Guru melakukan evaluasi akhir dan mencatat hasil pengamatan.



D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Melatih anak dapat mengenal konsep bilangan dengan beberapa permaianan dan pembelajaran pengukuran oleh guru TK Negeri 2 Kota Banda Aceh pada Kelompok B2.
2. Menerapkan Model Explicit Intruction dalam pembelajaran membilang dengan Pengukuran sebagai alternatif dalam menanamkan konsep bilangan pada anak didik TK Negeri 2 Kota Banda Aceh pada Kelompok B2.
3. Mendeskripsikan kemampuan anak didik TK Negeri 2 Kota Banda Aceh pada Kelompok B2 dalam Penanamkan konsep bilangan melalui pembelajaran pengukuran .

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menguji konsistensi temuan empiris yang telah dipublikasikan oleh para ilmuwan terdahulu tentang model explicit intruction.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Manfaat untuk anak didik
Pada penerapan Penanaman Konsep Bilangan dengan model pembelajaran explicit intruction, anak dapat menerima pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada kemampuan dasar kognitifnya, di antaranya: melatih anak didik supaya mampu membilang sesuai dengan urutan bilangan secara teratur serta mengenal ukuran jumlah suatu benda yang ada di sekitarnya; melatih anak didik untuk mengenal ukuran isi wadah sesuai dengan tahapan berpikir anak; dan yang juga tak kalah pentingnya adalah melatih koordinasi mata, tangan, dan emosi anak didik serta melatih daya ingat mereka untuk mengenal konsep bilangan.
b. Manfaat untuk guru
Memberi masukan tentang alternatif pembelajaran sehingga dapat memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Manfaat untuk sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran di waktu yang akan datang pada TK Negeri 2 Kota Banda Aceh.

F. Pengumpulan Data
Sumber data berasal dari pengamatan pada penelitian terhadap anak didik TK Negeri 2 Kota Banda Aceh. Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang terdiri atas hasil belajar dan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Adapun cara pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Data tentang perencanaan pembelajaran yang diprogramkan sebelum pelaksanaan penelitian diambil dari literatur ilmiah.
2. Data hasil belajar diambil setelah anak didik melakukan kegiatan pembelajar yang ditentukan dalam penelitian ini.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Contoh dimensi karakteristik perkembangan kognitif antara lain : memahami konsep makna, dapat mengelompokkan benda berdasarkan persamaan ukuran, warna, dan bentuk, serta mengenali dan menyebut angka (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Hurlock (1993) dalam Departemen Pendidikan Nasional (2000) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletakan dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia, dengan kata lain terpenuhi segala kebutuhannya, baik fisik maupun psikis di awal perkembangnya, diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Piaget dalam Departemen Pendidikan Nasional (2000) mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak, terutama pengalaman konkrit karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya. Pendidikan TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya.
Bloom dalam Departemen Pendidikan Nasional (2000) mengatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukan hanya sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga merupakan cara belajar yang mendasar, yang meliputi kegiatan memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri, melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiasif. Raymond Wlodkowski dalam Megawangi (2004) menambahkan, anak yang mempunyai motivasi kuat untuk belajar mempunyai masa depan yang cerah yang diwarnai oleh penemuan, kesempatan, dan kontribusi. Mereka mempunyai kecenderungan alami untuk menguasai hal-hal tersebut yang akan membuatnya sukses sesuai dengan tahapan perkembangan kognitisnya.
Menurut Piaget dalam Departemen Pendidikan Nasional (2007), tahapan perkembangan kognitif anak ada 3 tahapan dalam proses membangun pengetahuannya, antara lain:
1. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang ada dalam benak anak.
2. Akomodasi
Akomodasi merupakan penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru pada diri seorang anak.
3. Equilibrium
Equilibrium merupakan keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspon sebagai hasil ketepatan akomodasi atau penyesuaian antara asimiliasi dan akomodasi.



2. Pengembangan Sains Permulaan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007), kemampuan sains permulaan berhubungan dengan berbagai percobaan atau demontrasi sebagai suatu pendekatan secara ilmiah atau logis dengan tetap mempertimbangkan tahapan berpikir anak. Fitjrof Capra dalam Megawangi (2004) mengatakan bahwa pengetahuan manusia tentang sains, masyarakat, dan kebudayaan telah begitu terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu melihat segala sesuatu secara keseluruhan (wholeness) dari setiap fenomena.
Meskipun secara teoritis terdapat keterbatasan dalam menilai setiap fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemampuan yang akan dikembangkan pada anak didik TK akan dapat membuatnya melihat segala sesuatu secara menyeluruh, seperti: mengeksplorasi berbagai benda yang ada di sekitarnya, mengadakan berbagai percobaan sederhana, serta mengkomunikasikan apa yang telah diamati dan diteliti (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

3. Tahapan Penguasaan Berhitung
1. Penguasaan konkrit
Penguasaan konkrit yaitu pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung.
2. Penguasaan masa transisi
Penguasaan masa transisi adalah proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari penguasaan konkrit menuju penguasaan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenal bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan oleh guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda-beda. Sebagai contoh : ketika seorang guru menjelaskan konsep angka 1 dengan menggunakan benda (satu pensil), maka anak-anak dapat menyebut benda lain yang memiliki konsep yang sama, sekaligus mengenal bentuk lambang bilangan dari angka yang satu.
3. Penguasaan lambang
Penguasaan lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya: lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan, merah untuk melambangkan konsep warna, besar untuk melambangkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
4. Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak
Bermain merupakan bagian hidup yang terpenting dalam kehidupan seorang anak. Kesenangan dan kecintaan anak dalam bermain ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang konkrit sehingga daya cipta, imajinasi, dan kreativitas anak dapat berkembang. Bermain adalah cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia prasekolah (pre-operational thingking).
Kemampuan anak untuk berpikir tentang objek, benda, atau kejadian mulai berkembang. Anak mulai mengenal simbol (kata-kata, angka, gerak tubuh, atau gambar) untuk mewakili benda-benda yang ada di lingkungannya. Karena cara berpikir anak masih tergantung pada objek konkrit serta tergantung pada rentang waktu kekinian dan tempat dimana ia berada, mereka belum dapat berpikir secara abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit saat guru menanam suatu konsep kepada mereka.
Menurut Vigostsky dalam Megawangi (2004), bermain dan aktivitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age-apropiate) dan kebutuhan spesifik anak (individual needs).
Piaget (1896-1980) terkenal dengan teorinya tentang bagaimana seorang anak belajar melalui tindakan yang dilakukan. Menurutnya Piaget, pemahaman anak dibangun (contructed) melalui tindakan (action) sehingga teori ini sering disebut juga dengan teori Constructivism, dimana seorang anak dapat memahami suatu konsep melalui pengalaman konkritnya (Megawangi, 2004).

B. Metode Permainan Berhitung
Pelaksanaan permainan berhitung adalah kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di TK dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi, dan lambang yang terdapat dalam semua jalur matematika, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri estimasi, dan statistika. Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika yang diperlukan untuk menumbuh-kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika sebagai kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Terdapat 2 metode permainan berhitung yang akan diteliti, antara lain:
1. Bermain bilangan
Dalam bermain bilangan, anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi, dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang sehingga akhirnya dapat mencocokannya sesuai dengan lambang bilangannya.
2. Bermain ukuran
Dalam bermain ukuran, anak diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standar yang bersifat informal atau alamiah, seperti: panjang, besar, tinggi dan isi, melalui alat ukur alamiah, seperti: jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborn (1981), perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun waktu usia nol sampai dengan prasekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia prasekolah seringkali disebut sebagai masa peka belajar. Pernyataan ini didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50 % dari potensi intelektual anak sudah terbentuk di usia 4 tahun, kemudian dapat mencapai sekitar 80 % pada usia 8 tahun (Departemen Pendidikan Nasional, 2000).
Salah satu aspek pengembangan kemampuan dasar kognitif serta kompetensi dasar anak prasekolah di TK bertujuan agar anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari’, dan memahami ukuran. Berdasarkan hal tersebut, indikator keberhasilan pun dapat telihat pada kemampuan anak ketika mengukur panjang dengan langkah kaki, jengkal tangan, lidi, ranting, penggaris, atau meteran; membedakan berat benda dengan timbangan (buatan atau alami); mengisi suatu wadah dengan air, pasir, biji-bijian, atau beras, kemudian menyebutkan volume wadah tersebut. Dalam menguasai bilangan dan ukuran tertentu, anak lebih cenderung menggunakan hafalan daripada memahami konsep dasar suatu bilangan sehingga pemahaman mereka terbatas pada hafalan dalam mengingat proses pemecahan masalah yang dihadapinya.

D. Hipotesis Tindakan

Upaya peningkatan kemampuan anak didik tidak terlepas dari kinerja guru sebagai tenaga pendidik. Sehubungan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru mempunyai kebebasan dalam memilih metode yang akan diterapkan. Karena anak usia TK sangat peka terhadap ransangan yang diterima dari lingkungan, rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalur apabila mendapat stimulasi/motivasi yang sesuai dengan perkembangannya. Kegiatan berhitung yang diberikan melalui berbagai macam alat permainan mengukur akan menjadi lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak sehingga anak akan lebih berhasil apabila apa yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran ini menggunakan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang saling mendukung dan bekerja sama dalam mengatasi masalah belajar. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah demontrasi dan pemberian tugas. Dengan metode ini, anak dapat mengembangkan imajinasi melalui pemamfaatan bahan alam dan wadah dalam kelompoknya masing-masing demi tercapai tujuan dari penelitian ini.














BAB III
METODE PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

1. Waktu Dan Tempat

Waktu Penelitian dilaksanakan semester ke-2, tema Pekerjaan dan tema air, udara, dan api dilaksanakan tanggal 22 Febr 2010 sampai dengan 27 Maret 2010. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Penanaman konsep bilangan melalui pembelajaran pengukuran dengan model explicit instruction dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam melatih membilang bagi anak didik.
Tempat Penelitian dilaksanakan pada TK.Negeri 2 Kota Banda Aceh yang terletak di Komplek Perumahan Cinta Kasih Desa Panterik Kecamatan Lueng Bata. Penulis melaksanakan penelitian di kelompok B-2 tahun 2010.

2. Populasi Dan Sampel

Populasi penelitian adalah anak didik TK.Negeri 2 kelompok B-2 yang bejumlah 12 orang, anak laki-laki 6 orang, anak perempuan 6 orang. Sampel data sebagai subyek Penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran menanamkan konsep bilangan melalui permainan pengukuran kepada anak dengan model explicit instruction
B.Persiapan Penelitian
Adapun persiapan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi ;
1. Guru membuat perangkat pembelajaran/RPP dari kurikilum 2004 meliputi : Kompetensi dasar yang diharapkan pada kemampuan kognitif, dan hasil belajar serta indikator.
Kompetesi Dasar Hasil Belajar Indikator
Anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalahsederhana dalam kehidupan sehari-hari Anak dapat memahami bilangan • Membilang/menyebut urutan bilangan dan 1 sampai 10.
• Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10).
• Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda.
Anak dapat memahami ukuran • Mengukur panjang, dengan langkah, jengkal, lidi, ranting, penggaris meterĂ¡n.dll
• Mengisi dan menyebutkan isi wadah (gelas, botol, dll) dengan air, pasir, biji-bijian, beras, dll

2. Guru menyusun program pembelajaran/RPP yaitu program Semester, Satuan Kegiatan Mingguan dan Satuan Kegiatan Harian.terlampir.
3. Guru mempersiapkan alat bantu pembalajaran yaitu kartu angka 1-10, dan botol aqua gelas bekas 12 buah, sendok, Penggaris kayu 1 m/ rol kayu, Dadu 1 Buah, daun kering, dan pasir.
4. Guru Mempersiapkan lembaran instrumen untuk mencatat pelaksanaan penelitian.


C. Siklus penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus akan dilaksanakan tiga kali pertemuan.
D. Instrumen

 Lembaran observasi untuk mencatat hasil yang telah dilaksanakan oleh anak untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran.
 Lembaran observasi untuk mengetahui keaktifan anak dalam proses belajar mengajar.