Blogger Nurlaila,S.Pd,M.Pd

Rabu, 21 September 2022

 Contoh PTS belum sempurna, pada saat masih bimbingan.

Judul PTS

Melalui Focused Group Discussion (FGD)(HOW) untuk  meningkatkan Kompetensi(What) kepala sekolah(WHO) dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) pada sekolah binaan Kecamatan Kuta Alam Semester gasal Tahun Ajaran 2016-2017

 

 

BAB I

Latar Belakang Masalah

 
  1. Latar Belakang Masalah 5 paragraf

         Salah satu tugas pokok kepala sekolah yaitu mampu mengelola manajerial, diharapkan yakmi dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti, dengan menyusun rencana kerja sekolah (RKS), menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun kedepan. Kepala sekolah mampu merumuskan, menetapkan, mengembangkan rencana kerja sekolah sesuai dengan standar pengelolaan. Rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya meningkatkan profesionalisme kepala sekolah (siapa yang bilang).

Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah sangat penting, Karena melalui rencana kerja sekolah (RKS) yang terencana dapat dilaksanakan dengan baik. Kepala sekolah dapat melaksanakan evaluasi dan ditindak lanjut, berdampak pada peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan berkelanjutan terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan mutu sekolah.

Berdasarkan realita yang ada di lapangan, pengawas peneliti mengadakan supervisi manajerial pada 3 (tiga) sekolah binaannya untuk menilai kinerja kepala sekolah berkenaan dengan pemantauan standar pengelolaan, sebagian kepala sekolah tidak memiliki rencana kerja sekolah yang jelas. Apalagi dalam menyusun rencana kerja sekolah untuk satu dan lima tahun, kepala sekolah tidak memiliki dokumen yang lengkap. Untuk penilaian standar pengelolaan mendapatkan nilai rendah yaitu 58% Sehingga, beberapa orang kepala sekolah mendapat nilai 69.28% atau baru 60%, berdasarkan hasil nilai tersebut maka untuk mencapai pemenuhan dokumen dan pelaksanaan supervisi manajerial berartipembinaan masih belum kompeten.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu kepala sekolah belum maksimal dalam menyusun RKS disebabkan pengawas sekolah dalam melaksanakan pembinaan belum maksimal, dikarenakan jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak dan lokasi yang berjauhan, (Mengapa harus menerapkan FGD? Beri teori!)

Untuk memperbaiki permasalahan tersebut pengawas peneliti mengupayakan melakukan Focused Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah pada sekolah binaan diharapkan kepala sekolah mampu meningkatkan kinerjanya dalam menyiapkan Rks merupakan standar pengelolaan.

 

  1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan diatas masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian tindakan sekolah sebagai berikut:

Bagaimana untuk meningkatkan Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) Melalui Focused Group Discussion (FGD) pada sekolah binaan Kecamatan Kuta Alam Semester gasalTahun Ajaran 2016-2017

C.   Pemecahan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat adalah, Melalui Focused Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) pada sekolah binaan Kecamatan Kuta Alam Semester gasalTahun Ajaran 2016-2017

  1. TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui

Bagaimana  Melalui Focused Group Discussion (FGD)dapat  meningkatkan Kemampuan  kepala sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS).

 

  1. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1.    bagi Kepala Sekolah

a.         Setelah mengalami proses FocFocused Group Discussion diharapkan guru mampu menyelesaikan menyusun RKS

b.         Hasil bimbingan yang telah diterima diharapkan menjadi bahan refleksi untuk melengkapi dan meningkatkan menyusun RKS.

 

2.        Bagi Pengawas Peneliti

a.         Proses penelitian ini menjadi acuan berkelanjutan untuk pengembangan profesi terutama peningkatan proses Diskusi kelompok.

b.         Hasil penelitian yang telah dilakukan dijadikan acuan bahwa keberadaaan PTS bagi pengawas peneliti baik bagi diri sendiri maupun kepala sekolah dalam upaya peningkatan hasil kerja

 

3.        Bagi Sekolah

a.         Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah secara khusus dalam meningkatkan kemampuannya untuk menyelesaikan RKSpada sekolah binaan Kota Banda Aceh.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

 

A.    KAJIAN TEORI

    1. Tugas pokok kepala sekolah

Tugas pokok kepala sekolah pada semua jenjang mencakup tiga bidang, yaitu: (a) tugas manajerial, (b) supervisi, dan (c) kewirausahaan. Tugas kepala sekolah dalam bidang manajerial berkaitan dengan pengelolaan sekolah, sehingga semua sumber daya dapat disediakan dan dimanfaat-kan secara optimal untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien

a.   Tugas manajerial

Tugas manajerial ini meliputi aktivitas sebagai berikut: 1) Menyusun perencanaan sekolah, 2) Mengelola program pembelajaran, 3) Mengelola kesiswaan, 4) Mengelola sarana dan prasarana, 5) Mengelola personal sekolah, 6) Mengelola keuangan sekolah,7) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat,8) Mengelola administrasi sekolah, 9) Mengelola sistem informasi sekolah,10) Mengevaluasi program sekolah, 11) Memimpin sekolah

b.   Tugas Supervisi

Selain tugas manajerial, kepala sekolah juga memiliki tugas pokok melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kerja guru dan staf. Tujuannya adalah untuk menjamin agar guru dan staf bekerja dengan baik serta menjaga mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah. Dalam tugas supervisi ini tercakup kegiatan-kegiatan:1) Merencanakan program supervisi, 2) Melaksanakan program supervisi, 3) Menindaklanjuti 4) program supervisi

c.    Tugas Kewirausahaan

Di samping tugas manajerial dan supervisi, kepala sekolah juga memiliki tugas kewirausahaan. Tugas kewirausahaan ini tujuannya adalah agar sekolah memiliki sumber-sumber daya yang mampu mendukung jalannya sekolah, khususnya dari segi finansial. Selain itu juga agar sekolah membudayakan perilaku wirausaha di kalangan warga sekolah, khususnya para siswa.

Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sudarman 2002: 145). Meskipun bagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap aplikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah.Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,disini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Kompetensi Kepala SekolahPara pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat bahwa kemajuan besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu sendiri dikelola secarainovatif.https://yesisaadah84.wordpress.com/tugas-sim-pendidikan-3/tugas-kepala-sekolah-dan-guru/

 

B.  Kemampuan Kompetensi Kepala Sekolah (Cari ide kompetensi!)

Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability)adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor (Robbin,2007:57) yaitu:

a.       Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah.

Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupasebagainyahttp://lppks.kemdikbud.go.id/berita/artikel/414/meningkatkan-kemampuan-kepala-sekolah-menyusun-rencana-kerja-sekolah-melalui-pendidikan-pelatihan

Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah sangat penting, Karena melalui RKS menggambarkan tujuan yang akan dicapai pada lembaga tersebut. Menurut Oleh: Drs. Wiyono, M.Pd dapat ditetapkan sasaran, proses, waktu, dan metode pelaksanaannya.

Berdasarkan fakta dimana belum semua kepala sekolah memahami bagaimana menyusun Rencana Kerja Sekolah, dan sebagian Dinas pendidikan juga belum memiliki program yang distandarkan. Namun disisi lain ditemukan bahwa kepala sekolah ada yang sudah mampu dalam menyusun RKS terutama yang sudah mengikuti pendidikan dan latihan. Maka penulis menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun rencana kerja sekolah dapat dilakukan dengan pendidikan dan latihan

Berkaitan dengan kesulitan kepala sekolah di dalam menyusun rencana kerja sekolah. Sekolah sebagai sebuah entitas organisasi diwajibkan menyusun rencana kerja. Kewajiban sekolah untuk menyusun rencana kerja sekolah diatur dalam Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengeloalaan. Berdasarkan kajian lapangan memang sebagian besar sekolah sudah memiliki rencana kerja sekolah. Namun ketika kita kaji secara seksama ada beberapa faktor yang masih perlu dibenahi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah penyusunan rencana kerja sekolah belum melibatkan seluruh stakeholder.

Disamping itu tentang proses penyusunan rencana kerja sekolah yang tidak didasarkan pada hasil evaluasi diri sekolah (EDS). Yang lebih memprihatinkan lagi rencana kerja sekolah hanya disusun sendiri oleh kepala sekolah sehingga dapat dikatakan rencana kerja sekolah merupakan rencana kerja kepala sekolah. sebagian sekolah. Menurut Permen. Diknas Nomor 19 Tahun 2007 setiap RKS dan RKAS minimal meliputi komponen: Kesiswaan; Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran; Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Sarana dan Prasarana; Keuangan dan Pembiayaan; Budaya dan Lingkungan Sekolah; Peran Serta Masyarakat (PSM)serta rencana-rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan nasional.

 

1.      Focused Group Discussion (FGD)

Salah satu model diskusi kelompok yang seringkali digunakan untuk memecahkan maslaah secara bersama-sama adalah Focus Group Discussion (FGD).“Focus Group Discussion (FGD) adalah bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta (Paramita dan Kristiana 2013: 118).

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a.Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c.Terfokus/Terarah (bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di kafe-kafe. FGD bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal.

Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah.Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang semata-mata digelar untuk mencari konsensus.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS sebagai tugas manajerial. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut.

Metode diskusi merupakan alat yang sangat efektif jika peserta yang terlibat hanya sedikit.Penggunaan metode diskusi untuk kelompok yang berjumlah 10 orang atau lebih memerlukan perencanaan yang cermat dan pimpinan diskusi yang kompeten (Suprijanto 2008:96).

Morgan, et al. menyatakan bahwa diskusi kelompok yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok orang dalam diskusi suatu obyek atau masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut. Sementara itu Kang & Song mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama. Sedangkan menurut Gulo, diskusi kelompok merupakan merupakan strategi belajar mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta. Ciri-ciri kelompok diskusi menurutnya adalah: (1) ada interaksi antara anggota, (2) ada kepemimpinan, (3) ada tujuan yang akan dicapai, (4) ada norma yang diikuti, dan (5) melibatkan emosi (Suprijanto 2008:97).

Dengan demikian, diskusi kelompok terarah (FGD) berbeda dengan diskusi kelompok informal karena pembicaraan dalam diskusi kelompok terarah dipandu oleh moderator dan pertanyaan serta pembicaraan yang berlangsung ditulis secara cermat. FGD memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik.FGD juga memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga.

Sebagai salah satu model diskusi, menurut Krueger FGD memiliki karakteristik sebagai berikut ini.

a.       Jumlah peserta dalam kelompok cukup 7–10 orang, namun dapat diperbanyak hingga 12 orang, sehingga memungkinkan setiap individu untuk mendapat kesempatan mengeluarkan pendapatnya serta cukup memperoleh pandangan anggota kelompok yang bervariasi.

b.      Peserta harus mempunyai ciri-ciri yang sama atau homogen. Ciri-ciri yang sama ini ditentukan oleh tujuan atau topik diskusi dengan tetap menghormati dan memperhatikan perbedaan ras, etnik, bahasa, kemampuan baca-tulis, penghasilan dan gender.

c.       Peserta idealnya terdiri dari orang-orang yang tidak saling mengenal. Jika sulit dilakukan, minimal tidak memasukkan orang yang selalu melakukan interaksi sehari-hari secara teratur. Demikian juga antara fasilitator dan peserta sebaiknya tidak saling mengenal. Hal ini berkaitan dengan analisa data, yaitu apakah hasil FGD berkaitan sepenuhnya dengan materi yang didiskusikan atau ternyata pendapat peserta telah dipengaruhi akibat adanya interaksi di antara mereka sebelumnya. Orang yang bertugas menganalisa tidak dapat mengisolasi faktor-faktor apa yang memengaruhi peserta.Biasanya FGD dilangsungkan selama 60–120 menit dan dapat dilakukan beberapa kali (Paramita dan Kristiana 2013: 118-119).

 

Melalui FGD diharapkan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS, karena FGD juga dapat digunakan sekaligus sebagai metode penelitian.Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kresna S, dkk bahwa tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas.Teknik ini digunakan dengan tujuan menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang diteliti.FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Paramita dan Kristiana (2013: 118). (Langkah-langkah FGD!)

(Materi-materi RKS!)

 

a.     Kajian Pustaka

a.      Tugas pokok kepala sekolah

Sergiovanni (1991) membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari sisi administrative process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas bidang garapan pendidikan. Tugas merencanakan, mengorganisir, meng-koordinir, melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan mengadakan evaluasi merupakan komponen-komponen tugas proses. Program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan komponen bidang garapan kepala sekolah dasar.Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah.

Kimbrough & Burkett (1990) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia, mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah,

Permendiknas No. 13 Tahun 2007 kompetensi Kepala Sekolah harus memiliki 5 (lima) kompetensi”, yaitu: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan social. Berikut kompetensi yang sesuai dengan RKS adalah kompetensi manajerial dapat dirincikan sebagai berikut:

a.    Menyusun perencanaan sekolah/madarasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

b.   Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

c.    Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.

d.   Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif.

e.    Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

f.     Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusian secara optimal.

g.   Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

h.   Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

i.     Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

j.     Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

k.   Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

 

b.  Kemampuan kepala sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah tentu dituntut profesionalisme yang tinggi atas seluruh kinerja perangkat sekolah yang ada. Rambu-rambu yang diberikan sebagai petunjuk pelaksanaan tugas ini dikenal dengan istilah TUPOKSI, Tugas Pokok dan Fungsi. Adanya tupoksi ini memudahkan seluruh perangkat sekolah untuk memainkan perannya masing-masing sesuai tanggung jawabnya masing-masing sehingga tidak terjadi overtalking atas bidang pekerjaan yang bukan masuk dalam wilayah pekerjaannya.

Dengan cara demikian fungsi controlling juga akan lebih mudah karena menjadikan tupoksi tersebut sebagai barometer penilaian kinerja yang bersangkutan. Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengeloalaan. Berdasarkan kajian lapangan memang sebagian besar sekolah sudah memiliki rencana kerja sekolah. Namun ketika kita kaji secara seksama ada beberapa faktor yang masih perlu dibenahi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah penyusunan rencana kerja sekolah belum melibatkan seluruh stakeholder.

Menurut Sondang P. Siagian (2008) tambahan karena investasi yang dibuat organisasi di bidang sumber daya manusia tidak kecil dalam bentuk biaya, tenaga dan waktu, maka perlu diupayakan benar benar agar program pelatihan dan pengembangan disusun berdasarkan analisis kebutuhan yang tepat, dengan sasaran yang jelas, isi program yang paling sesuai dengan kebutuhan, penerapan prinsip prinsip belajar yang paling relevan, pelaksanaan program dengan menggunakan teknik teknik belajar mengajar yang paling cocok dan penilaian berdasarkan kriteria yang obyektif, tidak hanya melihat dari sudut teknikal, akan tetapi juga pelatihan dan pengembangan yang telah diselenggarakan.

 

c.       FGD

Menurut Astridya Paramita1dan Lusi Kristiana1 menyatakan Teknik Focus Group Discussion (FGD) seringkali digunakan para pembuat keputusan atau peneliti dalam penelitian kualitatif untuk menggali data mengenai persepsi, opini, kepercayaan dan sikap terhadap suatu produk, pelayanan, konsep atau ide, karena relatif lebih mudah dan cepat selesai dibandingkan dengan teknik pengumpulan data kualitatif yang lain. Namun dalam pelaksanaannya, banyak kegiatan FGD yang belum dilaksanakan sesuai dengan kaidah sehingga hasilnya tidak dapat maksimal. Tulisan ini dimaksudkan dapat menyegarkan kembali ingatan peneliti mengenai beberapa kaidah dalam FGD yang perlu diperhatikan agar hasil FGD dapat maksimal sesuai tujuan penelitian.Metode: berdasarkan studi penelusuran pustaka. Hasil:Kelemahan dari teknik ini adalah tidak dapat digunakan untuktujuan kuantitatif, misalnya tes hipotesis, tidak dapat digunakan pada pembahasan sebuah topik yang sangat sensitive,peserta kadang sulit dikendalikan ketika diskusi berlangsung, serta hasil dan kesimpulan diskusi terkadang dipengaruhi

1.      Teknik dan Langkah FGD

a.          FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif Dilakukan pada sekelompok orang untuk memberikan pendapatnya tentang suatu diskusi tertentu

b.         FGD dapat digunakan untuk mengetahui pendapat masyarakat mengembangkan hipotesis penelitian untuk ditindaklanjuti.

c.          Merangsang gagasan baru dan konsep-konsep kreatif Menemukan potensi untuk menanggulangi masalah Menemukenali kesan terhadap suatu program Mempelajari bagaimana masyarakat berbicara tentang gejala yang terdapat dalam masyarakatnya.

d.         Menginterpretasikan hasil penelitian kualitatif terdahulu Melakukan evaluasi, bagian dari needs assessment, ketika program berjalan, pada akhir program, beberapa bulan setelah program selesaihttps://yesisaadah84.wordpress.com/tugas-sim-pendidikan-3/tugas-kepala-sekolah-dan-guru/

 

Berdasarakan hasil penelitian dari para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut: berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik, berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Kompetensi Kepala SekolahPara pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat bahwa kemajuan besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu sendiri dikelola secarainovatif.

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menyusun adalah mengatur secara baik.Kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Program kerja adalah rancangan dasar tentang satu pekerjaan, mengenai panduan pelaksanaan, tenggang waktu, pembagian tugas tanggung jawab, fasilitas prasarana dan semua perihal penting mencakup semua unsur untuk keberhasilan program.Program kerja dalam dunia pendidikan, dalam hal ini sekolah, lebih dikenal dengan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang di dalamnya memuat kegiatan-kegiatan sekolah secara sistematis dan terarah untuk rentang waktu yang telah ditentukan. Rencana-rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan nasional. Kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS sebagai tugas manajeria melalui FGD. FGD adalah suatuMetode diskusi yang sangat efektif, dapat merangsang gagasan baru dan konsep-konsep kreatif. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok merupakan strategi belajar mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Setting Penelitian

a.      Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah 3 (tiga) kepala sekolah dibawah Dinas pendidikan Kota Banda Aceh, yaitu kepala sekolah TK Arifa desa Lamprit banda Aceh jalan Tgk Daud Beureueh nomor 170, kepala sekolah TK Negeri 4 Adidarma Kampong Mulia Banda Aceh, jalan Tengku Diblang Lorong Permata, TK IT Al Abraar Kampung keuramat Banda Aceh, Jalan Al Huda nomor 67.

b.      Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) wilayah kecamatan Kuta Alam yang berada di bawah Dinas pendidikan Kota Banda Aceh.

c.       Waktu Penelitian

Waktu yang dilaksanakan untuk melakukan penelitian ini dimulai 1 Januari 2017 sampai dengan 30 April 2017. Adapun matriks penelitian sebagai berikut:

 

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

 

No

 

 

Kegiatan

Januari

Februari

Maret

April

1

2

3

4

5

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Penyempurnaan Proposal dan seluruh Instrumen PTS

V

V

V

V

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Persiapan di Sekolah Binaan

 

 

 

 

V

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Pelaksanaan PTS

 

 

 

 

 

V

V

V

V

V

V

V

V

 

 

 

 

4

Pengumpulan Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V

V

 

 

 

5

Analisis Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V

V

 

 

6

Penyusunan Hasil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V

V

 

7

Pelaporan Hasil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

V

V

 

B.  Desain dan Prosedur Penelitian (Tolong pisahkan isinya!)

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), yakni sebuah penelitian yang dilakukaan pengawas sekolah sebagai penulis dan para kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dalam menyusun RKS.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yang masing-masing siklusnya dilakukan dalam 2 (dua) kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2010:74). Rangkaian tahap-tahap penelitian tersebut dilakukan dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian tercapai.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana untuk melihat peningkatan kemampuan kepala sekolah dengan menggunakan FGD dari siklus ke siklus. Melalui metode ini, penulis berupaya menjelaskan data yang penulis kumpulkan melalui wawancara, pengamatan, dan diskusi.

 

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh kepala sekolah dalam menyusun RKS, Sehingga dengan ditemukannya kendala-kendala tersebut, penulis dapat memberikan solusi alternatif untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKS tersebut.

        Langkah-langkah yang dilakukan dalam PTS ini untuk siklus I adalah:

Tindakan Pada siklus I:

1.      Persiapan

Persiapan dimulai dengan melakukan pengamatan melalui supervisi manajerial untuk memperoleh informasi yang akurat terhadap kepala sekolah. Pengamatan menitikberatkan pada kesenjangan antara standar kinerja yang harus dicapai dengan kinerja yang ditampilkan atau kesenjangan antara kapabilitas yang dimiliki saat ini dengan kapabilitas yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Hasil pengamatan mengarahkan pada sebuah hipotesis tentang kemampuan kepala sekolah untuk memperkuat hipotesis yang dibuat, dengan mendengarkan segala hal yang tengah terjadi termasuk keluhan-keluhan dari berbagai pihak yang terkait, dan memperhatikan perilaku-perilaku yang menyebabkan masalah. Mempersiapkan instrument untuk mengukur kemampuan kepala sekolah menyusun RKS

Kegiatan selanjutnya yakni diskusi yang berkenaan dengan masalah yang sudah ditemukan. Diskusi dilakukan antara pengawas dengan kepala sekolah untuk menyusun RKS. Topik diskusi mencakup tentang keterbukaan, kepercayaan, dan rasa aman selama mengikuti FGD, cara-cara meningkatkan kemampuan; jadwal pelaksanaan dan sebagainya. Selama diskusi, memperhatikan beberapa hal seperti:

1.      Menentukan target berdasarkan perilaku yang di observasi.

2.      Menanyakan berbagai pertanyaan, baik pertanyaan terbuka maupun tertutup.

3.      Menyentuh emosi/memotivasi untuk mengembangkan kemampuannya.

4.      Memanfaatkan diskusi untuk mengidentifikasi penyebab masalah kemampuan.

 

2.      Pelaksanaan FGD

Dalam implementasi, digunakan FGD.

1)      Menentukan jumlah peserta untuk mengikuti kegiatan FGD

2)      Mempertanyakan tentang kebutuhan sekolah yang menjadi masalah dihadapi kepala sekolah dalam menyusun RKS

3)      Mengamati pengisian EDS yang salah satu dalam mendukung penyusunan RKS

4)      Options: meminta kepala sekolah untuk menentukan kegiatan sebagai komponen yang dijabarkan kedalam indikator untuk pemecahan masalah.

 

3.      Pengamatan

Melaksanakan pengamatan perkembangan mengetahui pelaksanaan FGD dapat membantu kepala sekolah dalam menyusun RKS sesuai dengan arah yang diinginkan atau tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. Tahapan ini untuk memberikan umpan balik dari pengawas kepada meningkatkan kemajuan dan menentukan apakah FGD lanjutan diperlukan atau tidak.

 

4.      Refleksi

Menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I

 

Tindakan Pada siklus II:

                  Pada dasarnya siklus II memiliki  prosedur yang sama dengan siklus I, hanya saja  diadakan perbaikan pada hal-hal  yang dilihat ada kelemahan serta  memperhatikan hal-hal yang sudah berjalan dengan baik. Tidak  menutup kemungkinan  juga dilakukan modifikasi dan penekanan terhadap hal-hal sudah baik supaya tindakan yang diberikan tidak membosankan.

 

4.      Persiapan

Persiapan dimulai dengan mempersiapkan instrumen untuk penilaian pada siklus 2melakukan pengamatan hasil FGD siklus 1 untuk dapat melakukan tindakan pada siklus 2. Pengamatan menitik beratkan pada kesenjangan antara standar kinerja yang harus dicapai dengan kinerja yang ditampilkan atau kesenjangan antara kapabilitas yang dimiliki saat ini dengan kapabilitas yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Hasil pengamatan mengarahkan pada peningkatan tentang kemampuan kepala sekolah untuk memperkuat hasil kerja yang dibuat, dengan mendengarkan segala hal yang tengah terjadi termasuk ide-ide dari peserta, dan untuk penyelesaian masalah. Mempersiapkan instrument untuk mengukur kemampuan kepala sekolah menyusun RKS selanjutnya

Kegiatan selanjutnya yakni diskusi yang berkenaan dengan masalah yang baru ditemukan. Diskusi dilakukan antara pengawas dengan kepala sekolah untuk menyusun RKS. Topik diskusi mencakup tentang keterbukaan, kepercayaan, dan rasa aman selama mengikuti FGD, cara-cara meningkatkan kemampuan; pelaksanaan selama diskusi, memperhatikan beberapa hal seperti:

a.       Menentukan topik selanjutnya berdasarkan perilaku yang di observasi.

b.      Menanyakan berbagai kendala, baik pertanyaan terbuka maupun tertutup.

c.       Mengembangkan kemampuannya kepala sekolah untuk lebih inovasi.

d.      Memanfaatkan diskusi untuk mengidentifikasi penyelesaian masalah.

 

5.      Pelaksanaan FGD

Dalam implementasi, digunakan FGD.

1)      Menentukan topik pembahasan lanjutan kegiatan FGD

2)      Mempertanyakan kepala sekolah masih ada kendala menyusun RKS

3)      Mengamati dan mengarahkan agar lebih maksimalpenyusunan RKS

4)      Options: menentukan unsur-unsur yang perlu dikembangkan kepala sekolah

6.      Pengamatan

Melaksanakan pengamatan untuk memastikan adanya perkembangan perubahan data dalam pelaksanaan FGD, berupaya untuk mengamati dan merekam kejadian, mencatat semua proses berlangsung dapat membantu pengawas peneliti dalam mengumpulkan data pada kegiatan FGD. Tahapan ini untuk memberikan umpanbalik kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan menyusun RKS.

 

5.      Refleksi

Menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II

 

C. Teknik Pengumpulan Data

Data penelititan ini dikumpulkan melalui pengamatan langsung serta dengan menggunakan instrumen pengamatan untuk mengumpulkan data.

1.      Observasi

Observasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni:

a.       Observasi non sistematis dilakukan ketika pengamatan dilakukan tanpa menggunakan instrumen pengamatan. Penulis hanyamelakukan pemantauan secara langsung.

b.      Observasi sistematis dilakukan ketika pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen pengamatan untuk mengetahui hasil yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah sebelumnya.

 

2.      Metode Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan dan mencermati dokumenprogram kerja kepala sekolah yang berhubungan dengan RKS berupa dokumen administrasi kepala sekolah, instrumen supervisi manajerial dan instrument penelitian, dan berkas-berkas lainnya yang mendukung pengumpulan data yang diharapkan oleh penulis.

 

D. Analisis Data

Hasil dari pengumpulan data yang bersumber dari observasi, dokumentasi dan intrumen, penulis melakukan analisis data kualitatif.Data Kualitatif merupakan data dalam bentuk kategori berdasarkan kualitas objek yang diteliti, daimbil dari instrumen penilaian diri bagi kepala sekolah yaitu penilaian proses FGD.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supandi. (2010) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarata. PT Bumi Aksara

 

Depdiknas (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

No 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah; Jakarta.

Depdiknas.

 

Depdiknas (2014) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

No 137 tahun 2014, Tentang “Standar PAUD , Jakarta

Depdiknas

 

Depdiknas (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

No 19 tahun 2007 tentangStandar Pengelolaan Pendidikan Oleh satuan pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung

 

Danim, Sudarman. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

 

Kimbough dan Burkett (1990) Kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembelajaran Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) CV AlFABETA

 

Kristina

 

M.Sinaga Anggiat dan Sri Hadiati, 2001. “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia” Jakarta: Lembaga AdministarsiNegara Republik Indonesia

 

Milman Yusdi. 2010. “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

 

Robbins, S. 2007. “Manajemen”, Edisi Kedelapan, Jakarta: Penerbit PT Inde

 

 Siagian. Sondang. P (2008) Manajemen sumber daya Manusia.PT Bumi. Aksara: Jakarta

 

Sergiovanni.T.J (1991) The Principalship A. Reflektive Practice Perspektive

 

Supriyanto. Aji (2008).  Pengantar Teknologi Informasi. Makasar.Salemba Empat

 

https://www.google.co.id/search?sugexp=chrome,mod=11&sourceid=chrome&ie=UTF-8&q=peningkatan-

 

https://yesisaadah84.wordpress.com/tugas-sim-pendidikan-3/tugas-kepala-sekolah-dan-guru/

 

http://lppks.kemdikbud.go.id/berita/artikel/414/meningkatkan-kemampuan-kepala-sekolah-menyusun-rencana-kerja-sekolah-melalui-pendidikan-pelatihan

https://yesisaadah84.wordpress.com/tugas-sim-pendidikan-3/tugas-kepala-sekolah-dan-guru/

 

     http://lppks.kemdikbud.go.id/berita/artikel/414/meningkatkan-kemampuan-kepala-sekolah-menyusun-rencana-kerja-sekolah-melalui-pendidikan-pelatihan

 

http://www.infodiknas.com/21378.html

 

http://lppks.kemdikbud.go.id/berita/artikel/414/meningkatkan-kemampuan-kepala-sekolah-menyusun-rencana-kerja-sekolah-melalui-pendidikan-pelatihan